Oleh : Mimi Hamida

Scroll Untuk Lanjut Membaca

Aku menemukan beberapa tulisan orang tua muslim yang sampai melabeli film Jumbo sebagai film perusak akidah, karena adanya figur arwah di film animasi tersebut.

Bagaimana pendapatku sebagai orang tua muslim yang juga sudah menonton Jumbo?
Yang harus kita pahami, JUMBO BUKAN ANIMASI RELIGI seperti Nussa Rara.
Maka menuntut Jumbo agar seharusnya mengikuti ajaran agama tertentu adalah bentuk keegoisan.
Memangnya apa yang kita harapkan dari film animasi yang dari awal sudah jelas-jelas bukan animasi religi Islam?
Ini sama saja kita berharap ada scene tentang mengaji dan salat lima waktu di animasi buatan Pixar seperti animasi Up, Toy Story, Coco, Finding Nemo, dan sebagainya.
Atau berharap film-film Barbie dan Princess-Princes Disney menerapkan konsep mahram sesuai aturan Islam biar para Barbie dan Princess nggak sentuhan sama para pangeran.
Selain itu, serendah itukah literasi sebagai orang tua sampai nggak cek dulu sinopsis dari animasi ini sebelum mengajak anak menonton?
Padahal di beberapa sinopsis, salah satunya di aplikasi M-Tix, jelas disebutkan jika ada figur arwah bernama Meri dan genre-nya fantasi.
Nggak cek sinopsis, asal menonton.
Lalu tiba-tiba nggak terima dengan jalan ceritanya karena ada yang nggak sesuai dengan ajaran Islam di animasi yang bukan animasi religi Islam.
Lalu playing victim dengan narasi “kaget banget, ternyata Jumbo tuh bla bla bla.”
Lalu mendadak gelisah dan merasa berhak menyuarakan kegelisahan dengan narasi-narasi cukup menjatuhkan padahal sendirinya yang sejak awal nggak cari tahu ini film tentang apa.
Bukankah ini ironi?
Jika memang se-corcern itu tentang perkara akidah, bukankah seharusnya lebih teliti sejak awal?
Saat merasa sinopsis dan trailer kurang mewakili, aku bahkan pernah sampai menonton duluan untuk cek aman nggak keseluruhan ceritanya untuk anakku sebelum memutuskan anakku boleh menontonnya atau enggak.
Ada yang akhirnya aku bolehin menonton, tapi aku edukasi dulu di awal jika nanti akan ada scene begini, begitu.
Upin-Upin itu serial anak-anak yang bisa dibilang cukup Islami, tapi lihatlah tokoh Kak Ros yang sudah menjelma menjadi perempuan dewasa, tapi berhijab hanya saat sekolah saja.
Cikgu Jasmine juga hanya menggunakan penutup kepala dengan leher tetap terlihat, padahal Cikgu Jasmine seorang muslimah.
Belum lagi Abang Saleh yang gemulai.
Hayo, mau sebut serial Upin-Ipin sebagai perusak akidah juga?
Padahal justru dari diversifikasi tokoh seperti akan menjadi ruang bagus untuk diskusi dan edukasi orang tua kepada anak karena hidup itu lebih dari sekadar hitam dan putih saja.
Begitu juga dengan yang ada di animasi Jumbo.
Kita tentu nggak mau kan, anak-anak kita tumbuh hanya dengan mengenal satu warna saja dan berakhir jadi generasi kagetan karena nggak diedukasi tentang diversity sejak dini?
Dalam hidup, ada nilai kebaikan universal yang sama-sama kita pegang, terlepas apa pun agama kita. Nilai seperti ini yang diangkat di film Jumbo.
Masalah penanaman dan penguatan akidah anak itu tanggung jawab kita sebagai orang tua. Kita yang harus ambil peran menjelaskan dan meluruskan pada anak kita saat ada ketidak-sesuaian di tontonan.
Sekali lagi, tanggung jawab kita sebagai orang tua. Bukan tanggung jawab kreator sebuah film animasi non religi.
Ingat.
Jumbo itu TONTONAN.
Bukan TUNTUNAN!