RumpiKotaCom – Gaya hidup ramah lingkungan atau eco-living semakin menjadi pilihan utama masyarakat Indonesia, terutama di kalangan generasi muda. Ini bukan cuma tren sesaat, tapi sudah menjadi bagian dari cara hidup yang lebih sadar dan bertanggung jawab terhadap bumi.
Perubahan ini muncul karena makin seringnya masyarakat melihat dampak perubahan iklim, krisis sampah plastik, polusi udara, dan berbagai isu lingkungan lainnya. Selain itu, kampanye dari pemerintah, komunitas, sekolah, hingga influencer turut membentuk kesadaran kolektif soal pentingnya menjaga bumi.
Banyak orang sekarang mulai mengubah kebiasaan sederhana dalam hidup mereka. Misalnya, membawa tas belanja sendiri, bawa tumbler ke mana-mana, pakai sabun batang tanpa plastik, sampai mulai memilah sampah organik dan non-organik. Hal kecil, tapi kalau dilakukan bareng-bareng bisa berdampak besar.
Di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya, komunitas lingkungan tumbuh pesat. Ada Zero Waste Indonesia yang aktif di media sosial, komunitas urban farming yang ajarin cara nanam sayur di rumah, sampai bank sampah digital yang kasih poin buat sampah yang dikumpulkan. Aktivitas seperti clean-up day di taman kota atau workshop eco-enzyme juga sering digelar.
Bisnis lokal pun mulai berubah. Banyak brand UMKM sekarang pakai kemasan ramah lingkungan, sistem isi ulang, dan mempromosikan produk yang tahan lama. Konsumen pun makin pintar, mereka nggak cuma peduli harga dan kualitas, tapi juga pengaruh produk itu ke lingkungan.
Di sisi pendidikan, sekolah dan kampus mulai aktif ajarin tentang gaya hidup hijau. Ada program kampus bebas plastik, kelas daur ulang kreatif, sampai lomba membuat kompos dari sisa makanan. Pemerintah juga ikut dorong lewat program seperti larangan plastik sekali pakai, gerakan pilah sampah, dan insentif untuk bisnis hijau.
Meski begitu, tantangan tetap ada. Masih banyak daerah yang belum punya akses ke produk ramah lingkungan, dan belum semua orang paham pentingnya perubahan ini. Tapi secara umum, tren ini terus tumbuh, terutama karena anak muda Indonesia makin aktif jadi agen perubahan.
Kalimat yang sering muncul di media sosial sekarang, “Kalau bukan kita yang jaga bumi, siapa lagi?” seolah jadi semangat baru gaya hidup di tahun 2025.