RumpiKotaCom – Kalau kamu akhir-akhir ini belanja online dan mikir, “Lho, kok nggak ada gratis ongkir lagi?” jangan buru-buru suudzon. Ini bukan akal-akalan platform atau konspirasi buat bikin kamu bokek. Ini gara-gara Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) resmi membatasi layanan gratis ongkir. Tapi sebelum panik dan ngamuk-ngamuk di kolom komentar e-commerce, mari kita coba dengarkan dulu penjelasan dari Masyarakat Pintar Digital (MPD).
Menurut mereka, langkah ini justru cakep. Serius. Ini bukan sekadar kebijakan ala kadarnya, tapi strategi jangka panjang yang—kalau kita mau sedikit mikir—bisa bikin ekosistem bisnis online kita nggak jomplang-jomplang amat. Yanuar Catur Pamungkas, pendiri MPD, menyebut ini sebagai bentuk kedewasaan pemerintah dalam menanggapi perubahan zaman yang makin digital, makin canggih, tapi juga makin ruwet.
“Pemerintah kita ini ternyata nggak cuma reaktif, tapi juga reflektif. Bisa mikir ke depan. Nggak asal ambil kebijakan,” ujar Yanuar, dengan nada yang nggak panik tapi tegas.
Yang Kuat Makin Kuat, yang Kecil Makin Kecekek
Masalahnya begini. Selama ini, gratis ongkir itu kayak jurus andalan e-commerce raksasa buat narik pembeli. Siapa yang nggak suka gratis ongkir? Tapi ternyata, di balik itu, ada ketimpangan struktural yang diam-diam menjepit pelaku usaha kecil alias UMKM. Platform besar bisa kasih subsidi ongkir segede gaban karena modalnya gede. Sementara UMKM yang jualan lewat marketplace kecil atau web sendiri? Ya jelas nggak sanggup.
Yanuar menjelaskan bahwa gratis ongkir yang disubsidi platform besar selama ini bikin UMKM susah bersaing. Mereka akhirnya jadi tergantung terus sama platform itu. Mau mandiri? Berat. Mau saingan harga? Tekor. Mau dapat exposure? Ya kalau nggak ikut program si platform, siap-siap ditinggal konsumen yang sudah kadung dimanjakan dengan promo.
“Ini sebenarnya bentuk monopoli terselubung. UMKM jadi nggak punya pilihan lain selain bergantung pada segelintir pemain besar,” tambah Yanuar, dengan nada agak getir.
Gratis Ongkir? Boleh, Asal Jangan Mengorbankan Kurir dan UMKM
Tapi jangan salah paham dulu. Komdigi bukan anti-gratis ongkir, lho. Mereka cuma batasi jenis promosi yang sumber subsidinya dari pihak eksternal—terutama yang bisa bikin kurir nangis darah atau UMKM makin megap-megap. Kalau platform-nya mau kasih gratis ongkir dari kantong sendiri, silakan saja. Pemerintah nggak melarang.
Edwin Abdullah, Dirjen Ekosistem Digital Komdigi, menjelaskan bahwa konsumen nggak perlu khawatir. “Kalau promo gratis ongkir itu murni dari platform, ya nggak masalah. Yang kita atur itu praktik yang bisa merusak keseimbangan ekosistem,” katanya dengan nada diplomatis tapi mantap.
Bukan Menyusahkan, Tapi Menyembuhkan
Nah, ini poin pentingnya: kebijakan ini bukan buat menyusahkan konsumen. Justru ini upaya buat membenahi ekosistem digital biar nggak timpang terus. Bayangin aja kalau kurir terus dipaksa antar paket dengan upah minim, atau UMKM terus kalah saing karena promo gila-gilaan dari raksasa digital. Lama-lama sistemnya ambrol.
Buat kurir, kebijakan ini membuka peluang buat dapet upah yang lebih manusiawi—nggak cuma dihargai per paket, tapi juga per napas. Buat UMKM, ini kesempatan buat berkembang tanpa harus ikut-ikutan gaya jualan e-commerce besar yang bakar duit mulu. Dan buat konsumen? Ya, kamu tetap bisa nikmatin gratis ongkir, asal sadar bahwa kenyamanan itu ada harganya. Kalau bisa lebih adil dan berkelanjutan, kenapa nggak?
Ayo, Cerdas Jadi Konsumen Digital
MPD berharap masyarakat bisa lebih melek dan nggak gampang kebawa arus narasi miring. Edukasi jadi penting biar nggak asal tuduh pemerintah anti-konsumen atau pro-kapital. Ini soal keseimbangan. Soal membangun sistem yang sehat, adil, dan nggak cuma menguntungkan yang sudah kuat.
Yanuar pun menutup dengan nada optimis, “Kalau ekosistem ini sehat, semua diuntungkan. Kurir, UMKM, konsumen, bahkan platform-nya sendiri.”
Jadi, pembatasan gratis ongkir ini bukan akhir dari segalanya. Ini justru titik awal buat ekonomi digital Indonesia yang lebih ramah, berimbang, dan tahan banting. Pemerintah udah ambil langkah. Sekarang, giliran kita buat mikir kritis, nggak baperan, dan tetap waras di tengah hiruk-pikuk promo.
Kalau kamu masih pengin gratis ongkir tiap checkout, ya nggak apa-apa. Tapi jangan lupa juga pengin sistem yang sehat buat semua. Gratis ongkir boleh dicari, asal nggak dibayar pakai nasib orang kecil.