Oleh : Kukuh Tw

Scroll Untuk Lanjut Membaca

Oke bro, sekarang kita review serial Bidaah (2025) , sebelumnya Kita lihat sudut pandang bidaah sebagai bagian dari evolusi budaya sosial manusia. Santai tapi dalem, ya:

Lo tau nggak sih, istilah bidaah itu sebenernya udah sering banget dipakai buat nuduh orang-orang yang “beda jalur” dalam hal agama. Tapi coba deh kita liat lebih luas: bukankah dalam sejarah peradaban manusia, hal-hal baru yang awalnya ditolak mentah-mentah justru jadi bagian penting dari budaya hari ini? Yup, bidaah kalau dilihat dari kacamata sosial budaya, itu sebenernya proses alami — kayak evolusi cara hidup, berpikir, dan berkeyakinan yang berubah seiring zaman. Nah, drama Bidaah dari Malaysia ini bener-bener nunjukin sisi lain dari istilah itu, dibungkus dalam cerita yang bikin lo manggut-manggut sekaligus naik darah.
Ceritanya tentang Baiduri, cewek muda yang dijebak masuk ke kelompok agama bernama Jihad Ummah karena ibunya nganggep itu “jalan selamat”. Tapi di balik jargon-jargon agamis yang manis, kelompok itu ternyata lebih mirip sekte: penuh doktrin ngaco, nikah paksa, dan aturan hidup yang nggak bisa ditanya apalagi dibantah. Pemimpinnya, Walid Muhammad, tampil kayak nabi dadakan yang ngaku sebagai Imam Mahdi. Bukan ngajarin agama, tapi ngajarin tunduk total tanpa nanya. Lah gimana mau mikir, baru nanya dikit aja udah dibilang sesat!
Yang bikin menarik, Baiduri nggak langsung nurut. Dia mulai sadar kalau ada yang nggak beres. Bareng Hambali, anak dari salah satu pentolan sekte, mereka ngelawan dari dalam. Drama ini tuh kayak simbol dari perlawanan akal sehat lawan dogma yang stagnan. Di sini, “bidaah” bukan cuma soal ritual baru, tapi tentang keberanian mempertanyakan, tentang keberanian untuk ber-evolusi dari budaya lama yang bikin alis mata ngangkat.
Padahal kalau ditarik ke sejarah, semua ajaran yang sekarang dianggap “murni” juga awalnya hasil dari bidaah di masa lalu. Budaya, agama, cara hidup — semuanya hasil modifikasi manusia sepanjang waktu. Tapi kok sekarang, tiap ada perubahan, langsung dicap sesat? Padahal ya bro, perubahan itu justru tanda manusia masih mikir. Nggak semua bidaah itu merusak. Kadang, itu justru penyelamat dari stagnasi.
Tapi ya namanya juga drama kontroversial, pasti ada yang kebakaran jenggot. Adegan sentuh janggut pake kaki jadi viral dan bikin ribut netizen. Lembaga agama turun tangan, adegan dipotong, produser dipanggil. Tapi justru di situ keliatan: betapa sensitifnya masyarakat kalau udah ngomongin hal yang nyentuh zona “suci”, padahal kalau mau jujur, yang ditunjukin film ini adalah sisi gelap dari manipulasi berkedok agama.
Aktor-aktrisnya juga paten. Faizal Hussein sukses jadi pemuka agama yang bikin geregetan, Riena Diana keren mainin karakter yang makin lama makin sadar dan berani. Visualnya cakep, ceritanya tajem, nggak heran kalau Bidaah jadi bahan obrolan dari warung kopi sampe kampus.
Intinya bro, Bidaah ngajarin kita satu hal penting: kalo ada yang beda dari “pakem lama”, jangan langsung dibakar atau dikafirkan. Bisa jadi itu justru awal dari kemajuan. Jangan takut sama perubahan, karena dalam budaya manusia, semua yang baru pernah jadi aneh dulu sebelum akhirnya diterima.
Bukan soal lo mau jadi penganut bidaah atau bukan. Tapi lo mau mikir atau nggak, itu yang nentuin lo masih hidup sebagai manusia merdeka… atau cuma jadi follower doktrin yang udah kadaluarsa.