RumpiKotaCom– Ormas kebhinekaan lintas agama, budaya, dan tradisi Pejuang Nusantara Indonesia Bersatu (PNIB) kembali menggelar kirab merah putih di berbagai daerah. Aksi ini dilakukan sebagai bentuk perlawanan terhadap intoleransi, khilafah radikalisme, terorisme, dan narkoba.

Ketua Umum PNIB, AR Waluyo Wasis Nugroho atau Gus Wal, menegaskan kirab merah putih bukan sekadar pawai atau kerumunan massa. Menurutnya, kegiatan ini menjadi wujud nyata menjaga persatuan di tengah tantangan bangsa yang majemuk.

“Menjadi bangsa yang majemuk yang paling berat adalah mempertahankan persatuan. Saat krisis multidimensi melanda, harapan seluruh anak bangsa hanya satu, negara ini tidak boleh terpecah belah,” kata Gus Wal dalam keterangannya, Jumat, (8/8/25).

Gus Wal menilai aksi intoleransi yang masih terjadi menunjukkan persatuan bangsa masih dirongrong. Ia menyebut ada kelompok yang bergerak senyap memprovokasi masyarakat untuk berbuat intoleran.

“Perusakan dan pelarangan tempat ibadah sebagian dilakukan korban provokasi, sementara otak provokatornya hilang dan berpindah ke tempat lain,” ujarnya.

Lebih lanjut, Gus Wal menyoroti penangkapan terduga teroris di sejumlah wilayah yang menjadi bukti gerakan khilafah belum sepenuhnya diberantas.

“Di Indonesia, paham khilafah dan negara Islam menjelma menjadi aksi terorisme jihad yang salah kaprah. Mereka masih masif merekrut kader baru yang terpapar ceramah Wahabi, kombatan ISIS, dan pendakwah impor,” jelasnya.

Meski memiliki cabang terbatas, PNIB mengaku selalu mendapat dukungan massa dan simpatisan saat menggelar kirab merah putih. Gus Wal menyebut militansi PNIB adalah mencintai Indonesia tanpa koma.

“Merah putih harga mati. Nasionalisme itu keberanian menolak paham asing Wahabi, khilafah, terorisme, yang berawal dari intoleransi,” tegasnya.

PNIB juga mendesak pemerintah menetapkan 16 November sebagai Hari Toleransi Nasional untuk mempererat kerukunan antarumat beragama.

Scroll Untuk Lanjut Membaca