RumpiKotaCom – Dalam perjalanan menuju kemerdekaan Indonesia, banyak tokoh muda yang berani mengambil peran penting. Salah satu nama yang tidak bisa dilewatkan adalah Wikana, seorang pemuda nasionalis yang dikenal karena keberaniannya mendesak Soekarno dan Hatta untuk segera memproklamasikan kemerdekaan. Perannya dalam Peristiwa Rengasdengklok menunjukkan bahwa semangat perubahan seringkali lahir dari dorongan generasi muda yang tidak mau tinggal diam.

Scroll Untuk Lanjut Membaca

Wikana lahir pada 16 Oktober 1914 di Sumedang, Jawa Barat. Sejak usia muda, ia sudah terlibat dalam dunia pergerakan nasional. Pendidikan yang ia tempuh, serta kondisi sosial politik di masa penjajahan, membentuknya menjadi pribadi yang kritis dan berjiwa nasionalis. Semangatnya untuk memperjuangkan kemerdekaan semakin kuat saat bergabung dalam organisasi pemuda seperti Indonesia Muda dan Gerakan Pemuda Sosialis.

Puncak kiprah Wikana dalam sejarah bangsa terjadi pada bulan Agustus 1945. Ketika Jepang menyerah kepada Sekutu, bangsa Indonesia melihat adanya celah besar untuk segera menyatakan kemerdekaan. Namun, di saat para pemuda merasa waktunya sudah sangat mendesak, para pemimpin tua seperti Soekarno dan Hatta memilih untuk bersikap lebih hati-hati. Mereka ingin berkoordinasi terlebih dahulu dengan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang dibentuk Jepang.

Melihat keraguan itu, Wikana bersama para tokoh muda lain seperti Sukarni, Chaerul Saleh, dan pemuda-pemuda lainnya, memutuskan untuk bertindak cepat. Pada malam 15 Agustus 1945, Wikana mendatangi kediaman Soekarno di Pegangsaan Timur, Jakarta. Dengan nada tegas, ia mendesak Soekarno untuk segera memproklamasikan kemerdekaan tanpa menunggu keputusan PPKI. Wikana bahkan mengingatkan bahwa jika proklamasi tidak segera dilakukan, “akan terjadi pertumpahan darah.”

Meskipun desakan itu membuat suasana tegang, Soekarno dan Hatta tetap belum mengambil keputusan. Keesokan harinya, pada 16 Agustus 1945, Wikana bersama rekan-rekan pemuda berinisiatif “mengamankan” Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok, sebuah daerah di Karawang, Jawa Barat. Di tempat inilah para pemuda berusaha meyakinkan dua pemimpin bangsa itu untuk segera mendeklarasikan kemerdekaan, tanpa campur tangan pihak manapun, terutama Jepang.

Peran Wikana dalam peristiwa ini sangat penting. Ia bukan hanya berani mengambil langkah berisiko, tetapi juga mampu mewakili semangat generasi muda Indonesia yang menginginkan perubahan cepat. Dengan pendekatan keras namun penuh keyakinan, para pemuda berhasil mendorong Soekarno dan Hatta untuk akhirnya sepakat menyusun teks proklamasi.

Setelah kemerdekaan diproklamasikan pada 17 Agustus 1945, Wikana tetap melanjutkan kiprahnya dalam dunia politik. Ia sempat menjadi anggota Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) dan aktif dalam beberapa organisasi politik berhaluan kiri. Namun perjalanan politiknya tidak selalu mulus. Dinamika politik Indonesia yang semakin kompleks pascakemerdekaan membuat posisinya menjadi rumit, terutama saat terjadi pergolakan politik di tahun 1965.

Wikana menjadi salah satu tokoh yang hilang setelah peristiwa G30S. Ia ditangkap pada akhir tahun 1965 dan sejak itu nasibnya tidak diketahui secara pasti. Ada yang meyakini bahwa ia menjadi korban dalam gelombang penangkapan dan pembunuhan massal terhadap orang-orang yang dituduh terkait PKI.

Meski akhir hidupnya tragis dan penuh misteri, peran Wikana dalam sejarah kemerdekaan Indonesia tetap patut dikenang. Ia adalah contoh nyata bahwa keberanian untuk mengambil risiko, berpegang pada idealisme, dan berjuang untuk kepentingan bangsa di atas segalanya, merupakan bagian penting dari perjalanan bangsa ini.

Wikana mengajarkan kepada kita bahwa perubahan tidak datang dengan menunggu. Ia datang melalui keberanian untuk bertindak, meskipun harus menghadapi ketidakpastian besar. Semangat inilah yang seharusnya tetap hidup dalam diri generasi penerus bangsa Indonesia.