RumpikotaComFilm Thunderbolts telah resmi mendapatkan berbagai penilaian dari para kritikus dan penonton di Rotten Tomatoes. Berdasarkan data terbaru, film ini memperoleh 89% Tomatometer dari 195 ulasan kritikus, dan 95% Popcornmeter dari lebih dari 500 ulasan penonton yang terdaftar di situs tersebut.

Scroll Untuk Lanjut Membaca

Penilaian positif tersebut memang layak didapatkan oleh Thunderbolts, mengingat film ini merupakan satu-satunya film superhero yang secara serius mengangkat tema kesehatan mental sebagai fondasi utama dalam alur ceritanya. Tema ini berhasil dieksekusi dengan cukup baik, termasuk pada bagian akhir cerita yang diselesaikan dengan cara yang mengena dan emosional.

Meski begitu, tidak semua penonton dapat mengapresiasi pendekatan film ini. Banyak yang mengeluhkan kurangnya adegan aksi atau bahkan menyebut bahwa musuh di film ini dikalahkan hanya dengan “bacot no jutsu”, istilah yang merujuk pada penyelesaian konflik melalui dialog dan pendekatan emosional. Komentar semacam itu menunjukkan bahwa sebagian penonton hanya mencari tontonan penuh aksi tanpa memahami kedalaman plot dan pesan moral yang ingin disampaikan—khususnya tentang bagaimana menyelesaikan konflik yang berkaitan dengan isu kesehatan mental.

Bayangkan saja, ada seorang pasien dengan gangguan kesehatan mental yang memiliki kekuatan di luar nalar—bahkan tokoh sekelas Thor bisa dengan mudah dikalahkan olehnya. Namun, solusi yang diinginkan sebagian penonton adalah mengajaknya bertarung. Tentu saja, pendekatan seperti itu justru akan memperburuk keadaan dan bisa berujung fatal.

Pasien seperti itu justru harus dihadapi dengan pendekatan empatik. Dalam film ini, karakter tersebut merasa tidak diakui keberadaannya dalam lingkungan keluarganya. Ia menyimpan trauma mendalam dan bahkan memiliki keinginan untuk mengakhiri hidupnya. Pendekatan terbaik untuk mengatasi hal ini adalah dengan memberinya dukungan, membuatnya merasa berguna dan dihargai, serta menunjukkan bahwa ia masih berarti bagi orang-orang di sekitarnya. Lewat cara ini, karakter yang dimaksud—yakni Sentry—bisa lebih tenang dan mampu mengendalikan sisi gelapnya yang dikenal sebagai The Void.

Saya hanya ingin menegaskan bahwa Thunderbolts mengangkat tema yang cukup berat untuk ukuran film bergenre superhero. Namun, keberanian sang sutradara dan tim penulis naskah dalam mengeksekusi tema mental health ini patut diapresiasi. Mereka berhasil menghadirkan penyelesaian cerita yang dapat menyentuh hati penonton, khususnya mereka yang tengah berjuang menghadapi luka batin dan trauma karena merasa tidak dianggap oleh keluarga atau lingkungan sosialnya.

Film Thunderbolts adalah bukti bahwa film superhero tidak selalu harus dipenuhi dengan adegan aksi dan tembak-menembak untuk menjadi tontonan yang baik. Lewat penggarapan cerita yang matang dan relevan secara emosional, film ini mampu meninggalkan kesan mendalam serta memberi dampak positif bagi penontonnya—khususnya mereka yang pernah atau sedang mengalami permasalahan yang sama seperti yang dirasakan para karakter dalam film ini.

Marvel Studios’ Thunderbolts kini sedang tayang di bioskop. Ini adalah salah satu film terbaik yang lahir pasca rangkaian besar di MCU Phase 3 hingga Phase 5.