RumpiKotaCom – Tanggal 21 Januari 2025, rombongan Dewan Adat Bamus Betawi yang dikomandoi oleh Muhammad Rifqi alias Eki Pitung bertandang ke kediaman Fauzi Bowo, alias Bang Foke. Silaturahmi ini bukan sekadar temu kangen atau nostalgia masa lalu, tapi lebih dari itu: ngobrolin masa depan Betawi di Jakarta yang kini katanya sedang menuju status kota global. Berat? Jelas. Tapi tetap dalam suasana santai, ala orang Betawi yang kalau ngumpul ya kudu ada canda tawa.
Selain Eki Pitung, hadir juga Sekretaris Majelis Adat Bamus Betawi, Kyai Yusuf Aman—yang juga Wakil Ketua MUI DKI Jakarta, serta sejumlah tokoh Betawi lain. Di antara obrolan yang mengalir, satu pesan utama yang disampaikan adalah: “Pilkada udah selesai, saatnya kaum Betawi fokus ke urusan yang lebih gede!”
Jakarta Bukan Lagi Ibu Kota, Terus Betawi Gimana?
Eki Pitung menegaskan bahwa kaum Betawi mesti siap menghadapi perubahan zaman. Dulu Jakarta adalah ibu kota negara, tapi ke depan, posisinya bakal berubah. Maka, warga Betawi nggak boleh bengong di pinggir jalan, tapi harus aktif mengambil peran dalam dinamika ekonomi dan sosial di kota ini.
“Jakarta tetap penting, tetap berpengaruh, tetap jadi pusat ekonomi. Nah, kita mau jadi pemain atau cuma penonton?” kurang lebih begitu intinya.
Bang Foke, sebagai orang yang sudah malang melintang di dunia pemerintahan dan per-Betawi-an, juga menyampaikan harapan serupa. Menurutnya, warga Betawi harus tetap solid, jangan ribut sendiri, dan kudu ambil bagian dalam membangun Jakarta agar tetap jadi kota kelas dunia.
Kompak Pasca-Pilkada, Jangan Pecah Cuma Gara-gara Warna Politik
Salah satu pesan utama yang ditegaskan dalam pertemuan ini adalah soal persatuan. Ya, tahu sendiri lah, tiap Pilkada, suhu politik di Jakarta selalu panas kayak minyak goreng yang dipakai lima kali. Tapi setelahnya, ya sudah, saatnya adem. Jangan sampai urusan warna politik bikin warga Betawi terpecah-belah.
Bang Foke pun menekankan pentingnya menjaga soliditas. Menurutnya, Gubernur DKI Jakarta terpilih, Pramono Anung, bakal punya tugas berat dalam membawa Jakarta menuju status kota global. Dan dalam perjalanan itu, warga Betawi harus hadir dan berperan, bukan sekadar jadi penonton di tribun.
“Kita harus tetap menjaga nama Betawi, bukan hanya di tingkat lokal, tapi juga global,” kata Eki Pitung, dengan semangat khasnya.
Betawi, Budaya, dan Masa Depan
Selain urusan politik dan ekonomi, pelestarian budaya juga nggak boleh dilupakan. Kyai Yusuf Aman mengingatkan bahwa budaya Betawi adalah identitas yang mesti dijaga. Jangan sampai, gara-gara globalisasi, budaya sendiri malah terpinggirkan.
Silaturahmi ini pun menjadi momen yang menyejukkan, ibarat es kelapa muda di tengah teriknya Jakarta. Bukan cuma sekadar kumpul-kumpul, tapi juga mempererat hubungan dan memperkuat komitmen dalam menjaga serta memajukan Betawi di era modern ini.
Di akhir pertemuan, Eki Pitung pun mengungkapkan rasa hormatnya kepada Bang Foke. “Beliau itu inspirasi besar buat saya. Saya belajar banyak dari beliau, kayak hubungan bapak dan anak,” katanya.
Dan tentu saja, ia menegaskan kesiapannya untuk terus mendukung kemajuan Betawi, dengan satu prinsip sederhana: “Kalau urusan Betawi, saya sami’na wa atho’na.”
Maka dari itu, mari kita tunggu langkah konkret selanjutnya. Apakah warga Betawi siap melaju di Jakarta yang semakin global? Atau malah sibuk berdebat di kolom komentar media sosial? Kita lihat saja nanti.