RumpiKota.Com — Tempo, media yang pernah menjadi simbol keberanian dalam jurnalisme investigatif di Indonesia, kini menghadapi sorotan publik. Sebuah survei terbaru dari Timur Barat Research Center (TBRC) menunjukkan bahwa tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pemberitaan media Tempo kini berada di bawah angka 50 persen.

Scroll Untuk Lanjut Membaca

Survei yang dilakukan terhadap 1.690 responden di 34 ibu kota provinsi ini mengungkapkan bahwa hanya 48,7 persen publik yang masih menaruh kepercayaan pada pemberitaan sosial politik yang disajikan Tempo. Sementara sisanya, lebih dari separuh, merasa ragu, bahkan tak percaya.

“Survei ini mencerminkan bagaimana perubahan persepsi publik terhadap media yang dulunya dikenal berani dan tajam dalam membongkar kasus-kasus besar,” ujar Zainal Abidin M.Kom, Direktur Eksekutif TBRC, dalam keterangan persnya, Selasa (8/7).

Survei ini mengukur lima aspek utama dari produk jurnalistik Tempo: independensi, keberimbangan, kelengkapan informasi, akurasi, dan objektivitas.

Pada aspek independensi dan anti-sensasionalisme, hanya 6,4 persen responden yang menyatakan sangat percaya terhadap Tempo, sementara lebih dari separuh (53,1 persen) mengaku sangat tidak percaya.

Di sisi keberimbangan, yaitu apakah Tempo memberi ruang pada semua pihak dalam pemberitaannya, hanya 9,3 persen responden yang menyatakan sangat percaya. Sebanyak 42,3 persen justru menilai Tempo tidak berimbang.

Sementara itu, terkait kelengkapan dan komprehensivitas informasi, 12,3 persen mengaku sangat percaya, tetapi 51,8 persen merasa Tempo tidak menyampaikan informasi secara utuh.

Dalam aspek akurasi dan faktualitas, hanya 11,4 persen responden sangat percaya pada keakuratan berita Tempo. Bahkan, 53,5 persen responden menilai berita Tempo kerap tak akurat dan menyesatkan.

Yang cukup mencolok adalah persepsi publik terhadap objektivitas pemberitaan politik. Mayoritas responden menyebut berita politik Tempo bersifat memihak (52,8%), berprasangka atau menuduh (51,7%), dan tercampur opini pribadi (52,7%).

Zainal tak menampik bahwa Tempo dulu dikenal sebagai pelopor jurnalisme investigasi yang berani dan berdampak. Namun kini, ia menyebut ada tantangan besar bagi Tempo untuk kembali ke jalur yang membuatnya dulu dihormati publik.

“Dulu Tempo punya keberanian membongkar skandal dan korupsi di pemerintahan. Sekarang, banyak pembacanya merasa kecewa. Angka kepercayaan di bawah 50 persen adalah alarm keras,” ujarnya.

Menurut Zainal, survei ini bukan sekadar kritik, melainkan peluang bagi Tempo untuk mengevaluasi diri. Ia berharap Tempo kembali tampil sebagai media yang adil, akurat, dan independen, serta tetap menjadi suara kritis masyarakat.

Survei TBRC juga memetakan posisi media nasional berdasarkan kepercayaan publik dalam pemberitaan sosial politik. Kompas menempati peringkat tertinggi dengan tingkat kepercayaan 87,8 persen, disusul Detik (84,4%) dan INews (75,1%). Sementara Tempo berada di urutan ke-11 dari 12 media yang disurvei, hanya unggul tipis dari media-media lain di bawah 46 persen.

Survei dilakukan dengan metode quota sampling, dengan proporsi seimbang antara responden laki-laki dan perempuan, yakni 870 pria dan 820 wanita.

“Tempo punya sejarah kuat sebagai media independen. Tapi dalam dunia media, reputasi bukanlah sesuatu yang bisa diwariskan begitu saja. Ia harus terus diperjuangkan,” tutup Zainal.